Sejarah Masuknya Islam di Spanyol (Andalusia)
11/25/18
Add Comment
Islam di Spanyol - Sampai akhir abad ketujuh, Islam berkembang pesat namun masih terbatas di belahan dunia timur. Ekspansi yang dilakukan paling jauh hanya mencapai Afrika Utara, yaitu saat Abdul Malik menjadi Khalifah dari Dinasti Umayyah. Benua Eropa yang diwakili oleh Semenanjung Andalusia (Iberia) baru dimasuki ketika Tharif bin Malik melakukan penyelidikan, yang kemudian dilanjutkan dengan penguasaan Thariq bin Ziyad yang mendaratkan tentaranya tahun 711 M. Mulai saat itu Islam diperkenalkan kepada penduduk Spanyol yang menganut agama Kristen (Suhelmi, 2001: 20).
Saat Islam menguasai Spanyol, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dalam bagian dunia lainnya, seperti Dinasti Bani Abbas dan Dinasti Fatimiyah, namun juga di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Munculnya tokoh sekaliber Ibnu Bajjah, Ibnu Tufayl, dan Ibnu Rusyd menunjukkan kemajuan intelektual yang tinggi (Mun’im, 1997: 180-188). Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politik di negeri itu.
Kemajuan-kemajuan Eropa tersebut tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol-Islamlah Eropa banyak menimba Ilmu. Pada periode Klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting sekaligus sebagai saingan Bagdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi komunitas Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol hampir tak pernah luput dari bidikan para sejarawan.
Ada beberapa topik yang akan diulas yakni seputar masuknya Islam dan perkembangannya di Spanyol, faktor pendukung kemajuan Spanyol, penyebab kemunduran Islam di Spanyol, dan pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa. Dari ulasan tersebut diharapkan akan diperoleh gambaran yang jelas tentang peran Islam dalam membentuk peradaban Spanyol.
Namun dalam tulisan ini hanya akan diuraikan topik yang pertama yaitu seputar Sejarah Masuknya Islam di Spanyol atau Andalusia.
Masuknya Islam di Spanyol
Pemerintahan Islam yang pertama kali menduduki Spanyol adalah Khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus (Salwasalsabila, 2008: 21). Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abd Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Ibnu Nu’man al Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al Walid (705-715 M), Hasan Ibnu Nu’man sudah digantikan oleh Musa Ibnu Nushair. Di saat al Walid berkuasa, Musa Ibnu Nushair sukses memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki daerah Aljazair dan Maroko.
Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke berbagai wilayah bekas kekuasaan Bangsa Barbar di sejumlah pegunungan sehingga mereka menyatakan loyal dan berjanji tidak akan membuat kekacauan seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan wilayah Afrika Utara hingga menjadi salah satu propinsi dari Khalifah Bani Umayyah membutuhkan waktu selama 53 tahun, sejak tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah Ibnu Abi Sofyan) sampai tahun 83 H (masa al Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, kawasan itu merupakan basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan Gothik. Kerajaan ini seringkali mendatangi penduduk dan mendorong mereka untuk membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini dapat dikuasai secara total, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dari sini dapat diketahui bahwa penaklukan Afrika Utara adalah batu loncatan bagi kaum Muslimin untuk menguasai wilayah Spanyol (Syalabi, 1995: 156).
Dalam sejarah penguasaan Spanyol, ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa dalam proses penaklukan Spanyol. Mereka adalah Tharif Ibnu Malik, Thariq Ibnu Ziyad, dan Musa ibn Ibnu Nushair. Tharif dinilai sebagai perintis dan penyelidik wilayah Spanyol karena ia merupakan orang pertama yang sukses menyeberangi selat antara Maroko dan Benua Eropa. Ia pergi bersama satu pasukan perang berjumlah lima ratus orang dengan menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu, Tharif menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang banyak jumlahnya. Termotivasi oleh keberhasilan Tharif dan krisis kekuasaan dalam kerajaan Gothic yang menguasai Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, pada tahun 711 M Musa Ibnu Nushair mengirim pasukan sebanyak 7000 orang ke Spanyol di bawah pimpinan Thariq Ibnu Ziyad (Hitti, 2005: 628).
Thariq Ibnu Ziyad lebih terkenal sebagai penakluk Spanyol sebab jumlah pasukannya lebih besar dan efeknya pun lebih nyata (Syalabi, 1995: 159-1960; Hill, 1996: 10). Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa Ibnu Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al Walid (Yatim, 1994:86). Orang Barbar merupakan suatu bangsa yang masih mempunyai pertalian keturunan dengan Bangsa Hamiyah, suatu cabang dari bangsa kulit putih dan dalam masa pra sejarah mungkin berasal dari Bangsa Samyah. Kebanyakan orang Barbar (Berber) yang mendiami daerah pesisir beragama Kristen. Orang terkemuka dalam agama Kristen tua, seperti Tertullianus, Santa Cyprianus, dan terutama Santa Augustinus berasal dari negeri ini (Hitti, 2005: 83). Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq Ibnu Ziyad. Gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya hingga kini dapat dikenang dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, ada pula yang menyebutnya Lakkah (Wadil Lakkah atau Goddelete), tepatnya tanggal 19 Juli 711 M, Thariq berhasil mengalahkan Raja Roderick. Selanjutnya, Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting di sana, seperti Cordova, Granada, dan Toledo. Ia pun sempat meminta tambahan pasukan kepada Musa Ibnu Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 tentara, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Bangsa Gothic itu yang jauh lebih besar, 100.000 orang (Yatim, 1994: 86). Kekalahan pasukan Roderick, menurut Syalabi, disebabkan karena pasukannya itu terdiri dari para hamba sahaya dan orang-orang lemah. Selain itu, di antara mereka ada pula musuh-musuh Roderick. Ditambah lagi, orang-orang Yahudi secara rahasia juga mengadakan persekutuan dengan kaum Muslimin (Syalabi, 1995: 159-1960).
Kemenangan pertama yang diperoleh Thariq Ibnu Ziyad merupakan jalan lapang untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa Ibnu Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq (Syalabi, 1995: 161-1962). Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu. Satu demi satu kota yang dilewatinya berhasil dikuasai. Setelah Musa berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai Saragosa sampai Navarre (Yatim, 1994: 90).
Dari kisah penaklukan Spanyol di atas, dapat diketahui bahwa keberhasilan tiga pahlawan Islam: Tharif Ibnu Malik, Thariq Ibnu Ziyad, dan Musa Ibnu Nushair, tidak lepas dari semangat mereka melakukan ekspansi wilayah kekuasaan Islam pada waktu yang tepat. Di saat seluruh wilayah Afrika Utara sudah dikuasai dan kekuasaan kerajaan Gothic mulai melemah, lompatan berikutnya adalah penguasaan daerah Spanyol yang berada di seberang. Keberanian Tharif sebagai orang pertama yang menyeberang selat antara Maroko dan benua Eropa itu patut dihargai meskipun dalam ekspedisinya belum banyak melibatkan pasukan sehingga hasilnya belum kentara.
Keberhasilan Tharif mendorong Thariq untuk mengadakan ekspedisi berikutnya dengan pasukan lebih besar. Hasil yang dicapai telah dicatat dalam sejarah sehingga membuat Thariq lebih layak dianggap sebagai penakluk Spanyol. Peran serta sang Gubernur Afrika Utara, Musa Ibnu Nushair, dalam penaklukan Spanyol memperkuat sekaligus melengkapi keberhasilan Thariq dalam upaya penguasaan Spanyol. Kerjasama satu tim dan keterlibatan aktif pimpinan pusat dan pelaksana lapangan telah membuahkan hasil maksimal dalam perluasan kekuasaan Islam ke Spanyol.
Demikian uraian singkat mengenai Sejarah Masuknya Islam di Spanyol. Semoga menjadi informasi sejarah yang bermanfaat dan bisa menambah wawasan keislaman kita.
0 Response to "Sejarah Masuknya Islam di Spanyol (Andalusia)"
Post a Comment