Sejarah Masuknya Islam di Nusantara
11/11/18
Add Comment
Islam di Nusantara - Islam datang ke Indonesia melalui proses yang panjang. Apakah teman-teman tahu siapa yang membawa Islam sampai ke Nusantara? Dan darimana sebenarnya awal mula agama Islam tersebut? Lalu bagaimana pula caranya hingga Islam bisa sampai ke Nusantara? Berikut marilah kita bersama-sama pelajari mengenai sejarah perkembangan Islam di Nusantara.
Masuknya Islam di Nusantara
Islam datang ke Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran. Berdasarkan berita Cina dari zaman Dinasti Tang, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 (Taqiyuddin, 2008: 100). Berita itu menyebutkan adanya serangan orang-orang Ta shish terhadap Kerajaan Ho-Ling yang pada waktu itu diperintah oleh Ratu Sima. Ta shish ini ditafsirkan sebagai orang-orang Arab. Hal itu diperkuat oleh berita Jepang (784 M) yang menyebutkan tentang adanya perjalanan pendeta Kanshih.
Pendapat yang menyatakan Islam masuk ke Nusantara sekitar abad ke-13 didasarkan pada berita Marcopolo (1292 M) dan berita Ibnu Battutah (abad ke-14). Adanya batu nisan makam Sultan Malik As Saleh (1297), penyebaran ajaran tasawuf (abad ke-13), dan keruntuhan Dinasti Abbasiyah (1258 M).
Dari bukti-bukti itu dapat disimpulkan bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi yang mencapai perkembangannya pada abad ke-13. Hal itu ditandai dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia.
Proses Masuknya Islam di Nusantara
Bagaimana Islam dapat tersebar di Nusantara? Berikut beberapa cara yang digunakan sehingga Islam tersebar di Nusantara.
a. Perdagangan
Menurut berita Cina, agama Islam disebarkan oleh orang-orang Arab. S.Q. Fatimi dalam bukunya Islam Comes to Malaysia mengemukakan bahwa Islam berasal dari Benggala. Snouck Hurgronye berpendapat bahwa Islam disebarkan ke Indonesia oleh para pedagang muslim dari Gujarat (India). Menurutnya, Islam tidak disebarkan langsung dari Arab. Hubungan langsung antara Arab dan Indonesia baru berlangsung abad ke-17, yaitu pada masa kerajaan Samudera Pasai, Banten, Demak, dan Mataram Baru.
Pendapatnya itu diperkuat oleh bukti adanya kesamaan unsur-unsur Islam di Indonesia dan di India. Selain itu, adanya cerita-cerita tentang nabi-nabi di Indonesia yang berbeda dengan langgam Arab, tetapi bergaya India.
Mengenai golongan masyarakat pembawa Islam ke Indonesia, para ahli umumnya sependapat, yaitu kaum pedagang. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa penyebaran Islam dilakukan melalui perjalanan lalu lintas perdagangan dan pelayaran.
b. Pengajaran
Dalam agama Islam setiap muslim adalah pendakwah. Baru kemudian pada masa-masa berikutnya terdapat mubalig dan guru agama Islam, yang tugasnya khusus mengajarkan agama Islam. Mereka ini mempercepat proses Islamisasi, sebab mereka mendirikan pesantren dan mencetak kader-kader ulama/guru-guru agama Islam.
c. Sosial
Selain golongan pembawa, ada pula golongan penerima Islam. Terdapat dua penerima Islam, yaitu golongan elite (raja-raja, bangsawan, dan para pengusaha) dan golongan non elite (lapisan masyarakat biasa). Golongan elite lebih cepat mengalami proses Islamisasi, karena kedudukannya yang mempunyai pengaruh di kalangan masyarakat biasa.
Proses Islamisasi ada beberapa jalan, yaitu melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, dan kesenian. Islamisasi lewat saluran perdagangan terjadi pada tahap awal, yakni sejalan dengan kesibukan lalu lintas perdagangan (antara abad ke-7 sampai abad ke-16). Banyaknya pedagang muslim yang bermukim di Indonesia, terbentuklah tempat-tempat pemukiman yang disebut Pekojan. Di antara pedagang muslim asing itu, ada pula yang menetap lalu menikah dengan wanita pribumi.
Proses Islamisasi melalui kesenian tampak dari bukti-bukti peninggalan sejarah, seperti ukiran, pintu gerbang, makam, tradisi sekaten, pertunjukan wayang, debus, tarian, dan sebagainya. Penyebaran Islam melalui seni wayang, sastra, debus, tarian, tradisi sekaten, ternyata lebih mempercepat proses islami-sasi. Sampai sekarang proses islamisasi melalui saluran seni masih berlangsung.
Selain 3 di atas, Tjandrasasmita (1984: 26-27) mengungkapkan bahwa Islam masuk ke nusantara melalui 6 (enam) proses, yaitu:
Sementara Badri Yatim (1993: 93) menuliskan bahwa penyebaran Islam di Indonesia pada umumnya dilakukan dengan cara damai, yaitu pada saat suatu kerajaan terjadi kekacauan disebabkan karena masa transisi atau perubahan kekuasaan di antara keluarga istana. Pada saat itu, agama Islam atau penganutnya dijadikan mediasi bagi keluarga yang menghendaki dukungan dari keluarga muslim.
Setelah Islam masuk ke Nusantara, lalu bagaimana proses penyebarannya di Nusantara? Postingan berikutnya akan menguraikan hal tersebut yaitu Proses Penyebaran Islam di Nusantara. Demikianlah ulasan ringkas mengenai sejarah masuknya Islam di Nusantara. Semoga bisa bermanfaat dan bisa menambah wawasan kita semua.
Selain 3 di atas, Tjandrasasmita (1984: 26-27) mengungkapkan bahwa Islam masuk ke nusantara melalui 6 (enam) proses, yaitu:
- Perdagangan
- Perkawinan
- Ajaran Tasawuf
- Pendidikan
- Kesenian, dan
- Politik
Sementara Badri Yatim (1993: 93) menuliskan bahwa penyebaran Islam di Indonesia pada umumnya dilakukan dengan cara damai, yaitu pada saat suatu kerajaan terjadi kekacauan disebabkan karena masa transisi atau perubahan kekuasaan di antara keluarga istana. Pada saat itu, agama Islam atau penganutnya dijadikan mediasi bagi keluarga yang menghendaki dukungan dari keluarga muslim.
Setelah Islam masuk ke Nusantara, lalu bagaimana proses penyebarannya di Nusantara? Postingan berikutnya akan menguraikan hal tersebut yaitu Proses Penyebaran Islam di Nusantara. Demikianlah ulasan ringkas mengenai sejarah masuknya Islam di Nusantara. Semoga bisa bermanfaat dan bisa menambah wawasan kita semua.
0 Response to "Sejarah Masuknya Islam di Nusantara"
Post a Comment